13.11.10

just, stop it. i should've forget about it since the first time. before it's too late.
gambar diunduh dari google.co.id

12.11.10

Jumlah Perokok Meningkat, Komnas Tembakau Rekomendasikan Instrumen Penanggulangan

"No Smoking" sign picture, source: wikipedia

Komisi Nasional Pengendalian Tembakau merekomendasikan sejumlah instumen sebagai upaya penanggulangan masalah rokok di dalam negeri. Itu juga diusahakan agar terakomodasi dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai pengendalian tembakau.

Ketua Komnas Penegendalian Tembakau Prof Farid Anfasa Moeloek mengutarakan, permasalahan terkait produk tembakau atau rokok di dalam negeri sangat memprihatinkan. Ditemukan bahwa justru kebanyakan penggunanya berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah atau miskin.

11.11.10

Perhatian Buat Papua

Ketua Kaukus Papua Paskalis Kosai mengutarakan, yang penting setelah ada temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua adalah tindak lanjut. Selama ini, juga pernah dilaporkan tapi tidak ditindaklanjuti oleh para penegak hukum, yakni Kepolisian dan Kejaksaan.

"Temuan itu bukan baru ada sekarang, sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Dalam laporannya, BPK sudah menyampaikan, tapi tindak lanjutnya tidak pernah dilaksanakan, dibiarkan begitu saja. Kelihatannya ada kongkalikong di situ," ujarnya ketika dihubungi *tertulis nama tempat saya sekarang bekerja* Senin (25/10).

wish i can see when you're Ha ha-ing

write wrote written

usually, i write about anything! yes, anything i want, anything i like, anything i see, anything i know, anything that i want to criticize, ANYTHING. but, in "this" case, i can't even write one word to express what i feel inside. i'm not brave enough to reply the message that i accept two days ago. w..ww...whattt? rrrrrrr...

9.11.10

oh mr president..

begitu banyak orang menunjukkan rasa kagum atau terpesonanya kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama. tak lepas dari kunjungan singkatnya di Indonesia, lalu mendengar penjelasannya di konferensi pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Selasa 9/11 malam), kemudian mendengar pidato atau kuliahnya di Balairung Universitas Indonesia (UI).

begitu banyak tanggapan positif, testimoni, kesan yang disampaikan melalui berbagai media sosial, contohnya saja Twitter. begitu saja membaca timeline sejak kemarin hingga saat ini, hampir seluruh tweet menyebut kata "Obama". bukan main, pikir saya.

sebegitu besar atau bisa dikatakan heboh respon warga Indonesia terhadap kedatangan suami dari Michelle LaVaughn Robinson Obama.

kehebohan bisa dilihat mulai dari persiapan penjagaan. ketika kedatangannya, banyak aparat berjaga di sepanjang jalan yang akan dilalui rangkaian orang nomor satu di Amerika Serikat itu. orang-orang bersiap di pinggir jalan, di depan televisi, atau sekedar menengok dari jendela kantor atau dari tempat paling memungkinkan untuk dapat melihat rangkaian kendaraannya. itu bahkan terasa cukup membanggakan bagi orang tertentu.

banyak orang terpesona dengan pidatonya. lebih banyak lagi yang kagum karena dia beberapa kali menyebut kata atau kalimat dalam Bahasa Indonesia. ada tokoh yang menilai bahwa kekaguman orang Indonesia adalah terhadap sosok Obama sebagai pribadi, bukan karena faktor asal negaranya yakni Amerika Serikat.

Obama pun merasa dirinya adalah bagian dari Indonesia. tambah lagi membuat masyarakat terpana dengan ayah dari dua putri bernama Malia dan Natasha.

kedatangannya menjadi topik pembicaraan dimana-mana. ya, dimana-mana! di pinggir jalan, di kantor, di pusat perbelanjaan, di situs-situs jejaring sosial, everywhere!

pembawaannya yang luwes menjadi perhatian tersendiri, ya, memang agak berbeda dengan Presiden SBY yang kesannya lebih kaku atau bisa saya memakai kata "serba protokoler" mungkin, karena latar belakangnya di militer?

yang pasti, si Obama yang satu ini sudah berhasil membuat mata kebanyakan masyarakat Indonesia berpaling sementara dari peristiwa-peristiwa penting di Tanah Air. sebut saja, bencana alam di sejumlah wilayah berupa banjir bandang, gempa, tsunami, dan gunung berapi. ingat juga, ini 10 November 2010 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan. why don't we give some or a little respect to our national hero. mereka kan yang dulu berjuang supaya kita bisa merdeka, jasa mereka membuat kita bisa hidup damai, keberadaan mereka membuat Indonesia ada.

sangat disayangkan, Presiden Obama batal mengunjungi Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata di Jakarta Selatan karena alasan kekhawatiran pesawat tidak bisa terbang dampak beterbangannya debu Gunung Merapi. padahal, itu adalah kebiasaan ketika ada pemimpin negara lain yang berkunjung ke Indonesia. andai...

andai saja, kedatangan Obama berdampak pada sektor riil secara langsung. sehingga, masyarakat bukan hanya merasakan "kegembiraan" kunjungan tersebut, tapi ada dampak ekonomi yang bisa dirasakan. tapi yang terjadi justru sebagian besar pedagang harus "menyembunyikan" dagangannya sejenak.

entah berapa lama euforia Obama ini akan bertahan, hanya Tuhan dan yang merasakan yang tahu :)

well, maybe there is a hope for the one i wish :) show me Your miracle, Dear Lord

7.11.10

hey! yesterday is a 7/11 day (:

sindrom atau gejala apa ini?

barusan aku terkaget karena kemarin telah melakukan kesalahan kecil. ya, kesalahan kecil tepatnya saat ditanya berapa usiaku sekarang. sebenarnya atau mungkin usually it's not a big deal, it's only about numbers. tapi, tetap saja ketika barusan mengingatnya, reaksi kesadaran adalah kaget.

6.11.10

Kunjungan Wapres Boediono ke Saumlaki

ini link dari situs www.wapresri.go.id >> http://www.wapresri.go.id/index/preview/berita/803
terkait kunjungan ke Saumlaki, Maluku.
dan, ini link jika ingin mengetahui tentang Saumlaki lebih lanjut dari wikipedia.

--- ---

Menanti Kedatangan Pemimpin Nasional Setelah 52 Tahun

Sabtu, 6 Nopember 2010

Kunjungan Wakil Presiden Boediono ke Saumlaki
Saumlaki. Lautan yang luas nan biru dan daratan yang hijau rindang oleh pepohonan tampak begitu indah dari ketinggian. Tak lama kemudian, pesawat Dash-7 yang ditumpangi Wakil Presiden (Wapres) dan Ibu Herawati Boediono mendarat di Saumlaki, pukul 16.15 WIT, 5 November 2010. Keindahan alam dari atas angkasa ternyata juga dilengkapi dengan keramahan penduduk yang hangat menyambut Wapres dan rombongan. Beberapa menteri yang menyertai Wapres dalam kunjungan kali ini adalah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faisal Zaini, dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak.

Di sepanjang jalan dari Bandara hingga kediaman Bupati Maluku Tenggara Barat, Bitzael Silvester Temmar, barisan  panjang anak sekolah yang menyambut Wapres sama sekali tak terputus. Anak-anak TK hingga SMA itu mengibarkan Sang Merah Putih. Beberapa kelompok juga menyanyikan lagu-lagu riang, menyampaikan selamat datang kepada Mel Ratan Ken Tnebar Barataman. Itulah gelar adat Wapres Boediono dari masyarakat Maluku Tenggara Barat yang berarti: Bangsawan tertinggi dari barat yang dipertuan di Kepulauan Tanimbar.


Antusiasme para pelajar ini sangat menyentuh Wapres. “Itu adalah hadiah terbesar yang saya terima,” tuturnya.

3.11.10

Suatu Ketika

ketika

semua

bertahan

dengan

ego

masing-masing

merasa

(paling) 

benar

merasa

(paling) 

berkuasa

merasa

(paling) 

berwenang

merasa

segelintir

yang

lain

ibarat

kerikil

yang

tak

pantas

diperhatikan

hanya

aksesoris

jalanan

tapi

itu

kan

merasa

ya

dalam

tataran

indera

perasa

there's

something

beyond

feelings

ingat

untuk

terus

bersyukur

karena

masih

ada

langit

di

atas

langit

ingat

masih

ada

mereka

yang

tidak

seberuntung

kaum

mampu

ingat

ingat

suatu

ketika

semua

akan

kembali

apa

yang

membuat

mu!

merasa

lebih

dari

yang

lain

Tuhan

menciptakan

semua

sama

suatu

ketika

kita

akan

mati




[ini sudah diterbitkan di blog saya yang lain pada 28 oktober 2010 :)]

Teta and Kiki wedding

Start:     Nov 26, '10
End:     Nov 27, '10
Location:     Pekalongan

dear government, don't forget about Wasior. thank you.

2.11.10

Ini Tanah (ada) Air(nya), Bukan Cuma Tanah

terinpirasi karena diminta mewawancarai seorang profesor yang juga menjabat posisi Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (Prof DR Suharsono). setelah menunggu sejak semalam dan baru berhasil dihubungi tadi pagi (Selasa 2/11). walaupun terkesan buru-buru (karena dikejar si "garis mati") tapi ada sejumlah hal baru yang selama ini mungkin tak mendapat porsi perhatian besar di dalam diri saya sendiri. ya, ini negeri kaya akan air karena (menurut wikipedia) luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². 

tapi, sudah seberapa besar sih perhatian semua warga Indonesia kepada lautan luasnya? seberapa yang sudah dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyatnya? apa sudah cukup melalui berbagai kegiatan bertajuk "Sail" ini dan itu? atau sudah merasa puas dengan sering menyebut luas lautan atau jumlah keanekaragaman "penduduk" laut kita?

Prof Suharsono pun mengakui bahwa orientasi pemerintah kini masih cenderung ke daratan, sehingga potensi luar biasa di laut belum tereksplorasi dengan baik. untuk itu harus ada pencerahan, penyadaran, perubahan pola pikir bahwa laut juga bisa mensejahterakan rakyat Indonesia. 

hey, apa kalian merasa familiar dengan kalimat ini, "makan ikan yang banyak, supaya pinter."

kalau saya sih sudah mendapatkan satu bukti nyata (bukan tentang diri saya sendiri sih). salah satu kerabat saya rajin makan ikan, bukan cuma rajin tapi doyan apalagi yang namanya ikan teri, makanya dia pinter :)
eits, saya juga suka makan ikan lho! tapi sebisanya jangan yang banyak duri hehe tapi untuk urusan pinter-pinteran, biar Tuhan yang menilai ;)

dulu saya sering bertanya-tanya, apa korelasinya sering makan ikan dan jadi pintar. tapi, kebanyakan sudah terjawab melalui pelajaran yang diterima waktu sekolah. 

bisa dilihat juga contoh lain, yakni orang Jepang yang (katanya) begitu gemar sama ikan-ikanan dan terbukti begitu banyak manfaatnya. bukan cuma orang-orangnya yang jadi pinter karena suka makan ikan (apalagi sushi), tapi juga berdampak pada perekonomian mereka termasuk di sektor pariwisata. 


kata Prof Suharsono, itulah bedanya Indonesia yang berada di wilayah tropis dengan negara-negara di wilayah subtropis seperti Jepang. kalau Indonesia, biota lautnya begitu beragam, tapi volume per spesiesnya tidak besar. itu berbanding terbalik dengan wilayah subtropis, ragamnya lebih sedikit tapi volumenya besar. jadi, penanganan atau pengelolaannya pun nggak bisa disamakan. kalau disamakan, lama-lama punya kita bisa habis tak bersisa.

makanya, langkah untuk mendorong pariwisata di bidang kelautan juga menjadi sesuatu yang baik. selain bisa menunjukkan dan memanfaatkan kekayaan laut, tapi di sisi lain kita bisa tetap menjaga lingkungannya atau tidak merusak. sayang kan kalau dengan sembarangan dan tanpa perhitungan main tangkap secara berlebihan. bisa-bisa, salah satu potensi kelautan kita punah.

tapi, gimana dengan nasib nelayan di Tanah Air? harus diperhatikan juga, ada nelayan besar dan nelayan kecil, bisa dibandingkan misalnya dari segi modal, atau caranya (sarana yang digunakan) ketika menangkap ikan. jadi, sepertinya tidak bisa langsung pukul rata bahwa semua nelayan itu mampu atau sebaliknya.

hal yang cukup menjadi perhatian dari sisi nelayan bahwa bagi yang berskala kecil, mereka sering (ya bisa dikatakan) menerima ketidakadilan. kenapa? hasil tangkapan mereka dihargai rendah, sementara ketika ikan-ikan itu sudah sampai ke tangan eksportir atau pihak ketiga maka harganya bisa meroket. 

salah satu contohnya, disebut Prof Suharsono, ikan Napoleon (hmm, sekarang saya jadi penasaran kenapa diberi nama seperti jenderal (Napoleon Bonaparte) asal Perancis itu ya?hehe. ketika ikan Napoleon dibeli dari nelayan, biasanya hanya dihargai sekitar Rp 50.000. tapi, waktu sudah masuk negara seperti Hongkong maka harga per ekornya bisa mencapaiRp 1,5 juta. 

maka itu, disparitas harga bagi nelayan juga harus menjadi perhatian. salah satu caranya, dengan membuat pabrik pengolahan ikan sendiri di dalam negeri. dengan begitu, ada nilai tambah langsung dari asalnya, serta dari sisi harga bisa lebih stabil ketimbang mengandalkan ekspor dalam bentuk mentah. bagaimana pemerintah?

namun, ada satu sumber daya hayati yang jika digarap dengan baik maka bisa menjadi andalan nelayan lokal. rumput laut (seaweed) atau gulma laut. Prof Suharsono menceritakan tentang pola pikir nelayan yang masih berorientasi pada masa panen ketimbang menanam. padahal, masih banyak lahan yang bisa digunakan untuk menanam si "tumbuhan" kaya manfaat ini (bisa dijadikan bahan makanan, pengobatan, hingga industri).

di samping itu, masa tanam rumput laut juga hanya 40 hari. jangan sampai kalah dengan Filipina karena sumber daya yang Indonesia miliki jauh lebih besar dan berpotensi. tapi, yang harus diubah kini adalah pemikiran para nelayan rumput laut agar mau ikut membudidayakannya sebelum memanen. 

di atas semua itu, yang kini harus dilakukan pemerintah adalah menyelesaikan grand strategi pengelolaan pengelolaan kelautan secara nasional. karena ada 18 sektor kelautan dan perikanan di dalam negeri yang menunggu untuk dapat dikembangkan dengan lebih baik lagi.

"Namun, permasalahan kelautan yang dihadapi di dalam negeri masih cukup kompleks. Selain grand strategi, juga diperlukan kemauan politik pemerintah karena dampaknya kepada alokasi anggaran bagi pengelolaan kelautan.  Bukan hanya pengelolaan, tapi masyarakatnya juga harus disiapkan. Oleh karena itu, perlu ditangani dengan benar," tutur Prof Suharsono. 

semua tak lain dan tak bukan karena adanya keinginan mendalam untuk membuat potensi laut menjadi lebih dipandang. jangan sekedar berdebat tentang wacana pemindahan ibukota, atau investasi kanan-kiri, atau membangun pusat perbelanjaan di sana-sini, tapi lantas lupa dengan unsur "Air" di frase "Tanah Air". yuk kita pandang, tatap lebih tajam, dan kelola bentangan cairan biru beserta isinya yang juga bagian dari kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)!


keterangan:
gambar pertama : Okinawa Churaumi Aquarium, sumber > teachenglishinasia.net
gambar kedua : ikan Napoleon (Cheilinus undulatus), sumber > wikipedia
gambar ketiga : "Seaweed Farming at Nusa Lembongan", sumber: wikipedia

Tanah Air, Bukan Cuma Tanah

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Profesor Suharsono mengutarakan, hingga kini masih belum ada grand strategy pengelolaan kelautan di Indonesia. Selain itu, sudah harus mulai diubah mengenai pemikiran pembangunan di dalam negeri supaya berorientasi ke laut juga.

“Saat ini orientasi pemerintah masih ke darat, sudah harus diubah agar menghadap ke laut juga. Belum ada pencerahan untuk lebih mengarah ke kelautan, padahal ada banyak potensi yang bisa dikerjakan. Untuk itu perlu penyadaran bahwa laut harus dikelola dengan baik,” ungkap Suharsono.