11.5.11

IDI: Pentingnya Implementasi SJSN

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menekankan pentingnya implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Karena itu perlu untuk melihat persoalan kesehatan yang akan dialami Indonesia ke depan.


Ketua Umum IDI Prijo Sidipratomo memaparkan, ke depan Indonesia akan menghadapi persoalan bukan hanya penyakit infeksi, tapi juga persoalan penyakit yang terkait dengan degeneratif atau vaskuler. Hal itu akan menyedot biaya yang sangat besar.

“Perlu diantisipasi saat ini dengan satu sistem yang tepat, sehingga kita tidak mengalami pemborosan dalam seksi pembiayaan. Kita mengutamakan prevention (pencegahan). Jangan sampai kita jatuh dalam situasi loss yang sangat besar sekali,” jelas Prijo.

Dewan Pakar IDI Prof Razak Thaha menjelaskan, IDI tengah melihat tantangan masalah kesehatan yang akan dihadapi ke depan. Salah satunya, disparitas kesehatan antar wilayah, antar status ekonomi, antar desa dan kota, antar kelompok umur, serta antar gender.

Oleh karena itu, ditegaskan bahwa IDI mendorong agar SJSN bisa cepat diimplementasikan agar ada subsidi antara yang mampu kepada yang tidak mampu. Sedangkan yang sangat tidak mampu akan dibayar oleh negara.

Masalah kesehatan utama yang dihadapi saat ini, dikatakan, seperti penyakit non infeksi, penyakit jantung pembuluh darah, stroke, dan lainnya. Berdasarkan pengalaman empiris dari negara-negara yang sudah mengalami hal seperti itu menunjukkan, ketika pendapatan per kapita mencapai USD 2.500 maka persoalan yang dialami kelompok ekonomi menengah ke bawah adalah penyakit non infeksi yang sangat cepat dan pesat karena pola hidup yang tidak sehat.

“Karena pembangunan ekonomi kita telah berhasil memberikan kesejahteraan, sehingga pendapat per kapita sudah meningkat sekitar USD 2.200 atau 2.300. Artinya, dalam waktu singkat kita akan memasuki wilayah yang berbahaya. Ke depan, penyakit non infeksi yang sekarang menyerang kelompok di atas akan masuk kelompok bawah,” urai Prof Thaha.

Jika hal tersebut terjadi, lanjutnya, biaya kesehatan akan semakin besar. Itu karena kelompok bawah tidak bisa membiayai sendiri masalah-masalah kesehatan.

Dipaparkan, ada sistem yang bisa mengatasi, yang pertama adalah pencegahan. Sejak dulu, dokter lebih berat pada wilayah kuratif. Tapi sekarang didorong untuk memasuki wilayah preventif. Apabila tidak dilakukan intervensi terhadap penyakit-pennyakit non infeksi maka bahaya besar akan menghadang ke depan.

“Hal berikut adalah bagaimana jika hal tersebut sudah terjadi karena yang memang mampu kita lakukan adalah memperkecil, tidak mungkin menghilangkan sama sekali. Kalau itu terjadi, melihat biaya yang dikeluarkan orang miskin, tidak mungkin mengatasi itu. Semustinya ada saling subsidi. Itu sebabnya IDI mendorong SJSN cepat diimplementasikan,” papar Prof Thaha.

Sehubungan dengan itu, lanjutnya, IDI memiliki pemikiran untuk memberi masukan kepada semua pihak terkait agar cepat direalisasikannya RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Karena tantangan atau ancaman yang ada tidak lama lagi akan datang.



keterangan: awalnya, tulisan ini dibuat untuk pemberitaan, tapi karena tidak dipakai untuk edisi cetak, jadi saya posting di blog saja :) penjelasan IDI dilakukan usai bertemu Wapres Boediono di kantor Wapres pada 5mei2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar